“dia itu putri sematawayang saya. Kamu taukan, nak Arya?”
“iya pak”
Aku menahan nafas, peluh sebesar jagung mengucuri seluruh tubuhku walau angin semilir dan mendung tipis menghiasi langit sore ini. Tak bisa kubayangkan ekspresi serius bapak ketika berbicara demikian. Ingin rasanya aku keluar dari persembunyian dan menengahi kebekuan yang diciptakan oleh lelaki yang berjasa atas keberadaanku di muka bumi ini.
“Jadi, sudah berapa lama kamu menyukai putriku?”
“setahun yang lalu,pak”
Setahun berlalu semenjak menempati rumah baru kami, Aryalah tetangga yang akrab dengan keluargaku. Bahkan mengakrabi keluarga besarku. Menemani bapak main catur hingga larut. Mengantar ibu ke pasar atau sekedar adu argument dengan kakakku.
***
Masih sunyi, sepi
Sesekali ku dengar bapak menggeser kursinya. Atau mungkin mengetahui keberadaanku dibalik pintu. Jantungku berdetak tak menentu, serasa keluar dari peraduannya.
“Nak Arya tau, betapa berat melepas anak gadis yang begitu patuh?”
“iya pak, saya mengerti”
Mereka seperti bermain catur tapi tidak dalam diam. Tidak seperti di atas papan catur hitam-putih.
“selama ini nak Arya sudah bapak anggap seperti keluarga”
“iya pak, saya menghormati bapak seperti bapak saya sendiri. Dan…..”
Kalimat Arya menggantung.
“tapi rasanya berat buat saya melepas putri bungsu saya”
“maksud bapak?”
“lagi pula ia ingin sekolah lagi. Biarkan ia mengejar cita-citanya”
Hening. Sunyi.
Aku menitikkan air mata dan menahan agar tidak bersuara.
“pulanglah, maaf atas keputusan ini. Tapi tetap saya menganggap kamu sebagai anak saya”
“iya pak”
“maaf, saya mengecewakan nak Arya”
“…….”
****
“kiya” Suara bapak
“Bapak tau kamu disitu”
Tubuhku menggigil
“Bapak tau isi hati kamu. Kamu pasti tidak akan tega menolak lamaran nak Arya, hanya karena usia kamu sudah matang. Biarlah dia membenci bapak, asal tidak membenci kamu”
Air mataku semakin deras….
“Bapak tahu, kamu tidak mencintai Arya Pratama. Kamu mencintai Arya Dwi Putra, adik kembarnya. Benarkan, azkiya?”
Aku tak sanggup menjawab, hanya berlari menuju kamar dengan mata membengkak. Tak akan pernah sekalipun aku menyesali, menggantungkan masa depanku di tangan bapak. Ia benar-benar tahu, isi hatiku.
********
Inspired by Ada band’s song and ” jalan takdir” on 4 musim cinta
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak
Reff:
Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati
Arya Dawiah
mekso 😛
yoben! pokokmen komen… 😆
Naon om? popok? *ngebayanginomaan* 😛
ciaattt
dhezz..
plokk..!!
hahahahahahahaa..
akhirnya ngaku jugaaaa 😛
Pak’e….. aku kangeeeeen
pukpukpuk.. sing sabar,pak 🙂
wah neng Ray jago juga bikin fiksi.. asik 😀
mbak ne yg jauh lbh jago 🙂
ini bikinnya lama, pas pas dengar lagu yg cocok, oh yaa,, i get idea 😀
aku suka lagu nyaaa
Toooooos duluuu dong.. Aku dari dulu suka sama lagunya
Aaaah, gemetar sedih Ray bacanya. Baguuus twistingnya.. 🙂
Makasih kaka 🙂
btw jadi.kepikiran ama aqil klo ntar dy gede dan mulai banyak dtg antrian untuk melamarnya 🙂
Ahh… kita sama-sama pada Arya..
😦
Biarlah saya memilih arya kamandanu *eeeh? 😀
Kenapa sedih,ra?..
apakah nama arya mengingatkanmu pada someone spesial?
Baca postinganku neng…
😀
Aku mati gaya klo ngewepe by henpong :'(.. susah masuk ke.postingan para reader 😥
nunggu wifi normal,baru cuuus ya cyiiin? :*
Wah…
Habis baca jadi pedih rasanya….
😦
*pukpukpuk*
jangan sedih ya 🙂
Ikut menyimak artikelnya mbak 🙂
Salam,
Wa’alaykum salam 🙂
terima kasih atas kunjungannya 🙂
Azkiya: “U know me so well, pak e”
🙂
om iwan juga pasti deket ama putrinya ya?
Alhamdulillah… bisa jadi sahabat putriku. Jadi, dia gak kuatir kalo open discuss soal pertemanannya di luar. Bangun kepercayaan ini yg perlu proses dalam hal penerimaan, sehingga tidak ada lagi gap.
Setujuuuh banget,om…
Bersahabat sama anak itu perlu.. Yg enaknya justru dgn persahabatan itu,ortu ga perlu setres dgn pergaulan kita d luar..
Mereka cukup mjd control bagi perkembangan anak 🙂
naah.. Skg ini yg sering mjd masalah.. Kok ya ada anak yang takut banget ama orangtuanya? Ampe ga bs curhat ama ortunya sendiri..
Neng…. Giselle udah nyanyi Pencuri Hati ya… Lunas lho…
😀
terima kasiiiiih raaaaaa *peyoooooook*
Tabooookkkkk…
😆
KDRT woooooooooooooooiiiiiii
Kirain antara Arya Kamandanu sama Arya Dwipangga, jaman saya suka dengerin sandiwara radio Tutur Tinular jaman sekolah dulu
hahahahhaa.. bukan dong,om 😀